Tuesday, June 6, 2017

KLAUSA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Bahasa adalah fenomena yang menghubungkan dunia makna dengan dunia bunyi. Sebagai penghubung di antara dunia itu, bahasa dibangun oleh tiga buah komponen, yaitu komponen leksikon, komponen gramatika, dan komponen fonologi.
Dalam kehidupan sehari-hari bahasa selalu digunakan, baik dalam situasi resmi maupun tidak resmi. Setiap hari manusia tidak terlepas dari bahasa untuk menjalin kerjasama. Bahasa digunakan sebagai penyimpanan pesan dari seseorang kepada orang lain. Agar interaksi berhasil dan sesuai dengan kebutuhan.
Dengan berbahasa membuat lawan bicara memahami yang kita sampaikan. Dalam linguistik memiliki ilmu sintaksis. Sintaksis secara langsung diambil dari bahasa Belanda syntaxis. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis adalah bagian dari linguistik dan khususnya berkaitan dengan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. Pengertian sintaksis yang dikemukakan oleh para tokoh tersebut menunjukkan bahwa sintaksis adalah cabang lingusitik yang bidang kajiannya meliputi satuan lingual yang berwujud kata, frasa, klausa, kalimat, hingga wacana.
Sintaksis selama ini dipahami sebagai salah satu tataran (level) dalam gramatika (tata bahasa) yang mempersoalkan hubungan antara kata dengan satuan-satuan yang lebih besar, yang membentuk konstruksi yang disebut kalimat. Dengan demikian sintaksis dapat dideskripsikan atas konstruksi satuan-satuannya. Atau dengan kata lain, satuan sintaksis itu disusun oleh satuan-satuan yang lebih kecil. Sintaksis bahasa Indonesia sebenarnya telah banyak dibicarakan orang sebagai bagian dari ilmu tata bahasa. Pembicaraan atau pembahasan mengenai sintaksis itu pada umumnya dilakukan secara analitis dari satuan bahasa yang terbesar sampai yang terkecil. Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah kata, frase, klausa, kalimat, dan yang terakhir yaitu wacana.
Menurut Chaer (2009: 3), sintaksis adalah subsitem kebahasaan yang membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata itu kedalam satuan-satuan yang lebih besar, yang disebut satuan sintaksis, yakni kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
Sesuai dengan pembahasan yang akan dibahas masalah sintaksis akan membahas sedikit tentang seluk beluk klausa. Klausa merupakan satuan sintaksis yang berada di atas satuan frase dan di bawah satuan kalimat, berupa runtunan kata-kata berkontruksi predikatif. Artinya di dalam kontruksi yaitu ada kopomponen berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek yang harus ada dalm kontruksi klausa itu, fungsi subjek boleh dikatakan wajib ada, sedangkan yang lain bersifat tidak wajib atau satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, di dalam satuan atau kontruksi itu terdapat sebuah predikat, bila di dalam satuan tidak terdapat predikat, maka satuan itu buka sebuah klausa.
1.2              Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)      Bagaimana pengertian klausa?
2)      Bagaimana jenis klausa berdasarkan potensi menjadi klausa bebas?
3)      Bagaimana jenis klausa berdasarkan potensi menjadi klausa terikat?
4)      Bagaimana jenis klausa berdasarkan kategori predikatnya?
1.3              Tujuan
Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai terangkum dalam dua tujuan sebagaimana tertera di bawah ini.
1)      Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kajian tentang kaidah sintaksis pada klausa.
2)      Mengkaji jenis klausa berdasarkan potensi.
3)      Mengkaji jenis klausa berdasarkan kategori predikatnya.
1.4              Manfaat
a.       Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pendidik agar dapat memperkaya tata bahasa dari suatu kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
b.      Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang penyusunan kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacaana.
c.       Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan peneliti-peneliti lain.
d.      Bagi Umum dan Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong agar menulis yang lebih berkualitas dan diharapkan juga dapat mendorong masyarakat lebih kreatif dan kritis terhadap perkembangan bahasa.


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1              Pengertian Sintaksis
Menurut Verhaar (Suhardi, 2013:13−14), mengatakan bahwa dari segi etimologi, kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata sun yang berarti dengan  dan kata tattein yang berarti menempatkan. Maka kata suntattein berarti menempatkan kata atau ilmu tentang penempatan kata atau ilmu tata kalimat.Dengan demikian, secara etimologi, sintaksis berarti dengan menempatkan. Sedangkan menurut Kridalaksana (1985:6), sintaksis adalah subsistem tata bahasa mencakup kata dan satuan-satuan yang lebih besar dari kata serta hubungan antara satuan itu. Menurut Chaer (2009:3), sintaksis adalah subsitem kebahasaan yang membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata itu kedalam satuan-satuan yang lebih besar, yang disebut satuan sintaksis, yakni kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
Adapun menurut Ahmad (2002:1), sintaksis mempersoalkan hubungan antara kata dan satuan-satuan yang lebih besar, membentuk suatu konstruksi yang disebut kalimat. Senada dengan itu, Syamsuddin (2007:364), mengungkapkan bahwa sintaksis atau disebut juga ilmu tata kalimat menguraikan hubungan antarunsur bahasa untuk membentuk sebuah kalimat.  Materi sintaksis perlu dipelajari karena ilmu ini mempelajari tata bentuk kalimat yang merupakan kesatuan bahasa terkecil yang lengkap. Dikatakan lengkap sebab kalimat dapat berdiri sendiri dan dipahami karena mengandung makna yang lengkap.
Text Box: 4Menurut Ramlan (1987:21) memberi batasan sintaksis sebagai cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. Pengertian sintaksis yang dikemukakan oleh para tokoh tersebut menunjukkan bahwa sintaksis adalah cabang lingusitik yang bidang kajiannya meliputi satuan lingual yang berwujud kata, frasa, klausa, kalimat, hingga wacana. Menurut Suhardi (2013:13), definisi sintaksis adalah cabang ilmu bahasa (lingusitik) yang memfokuskan kajian tentang kalimat.sintaksis sering juga disebut sebagai ilmu tata kalimat. Ilmu yang lebih memfokuskan kajiannya pada kata, kelompok kata (frasa), klausa, dan kajian yang berkaitan dengan jenis-jenis kalimat. Jenis-jenis kalimat tersebut, meliputi kalimat tunggal, kalimat majemuk, kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat transitif, dan kalimat intransitif.

2.2              Pengertian Klausa
Klausa merupakan satuan sintaksis yang berada di atas satuan frase dan di bawah satuan kalimat, berupa runtunan kata-kata berkontruksi predikatif. Artinya di dalam kontruksi iytu ada kpomponen berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek yang harus ada dalm kontruksi klausa itu, fungsi subjek boleh dikatakan wajib ada, sedangkan yang lain bersifat tidak wajib (Chaer, 2015:41).
Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, di dalam satuan atau kontruksi itu terdapat sebuah predikat, bila di dalam satuan tidak terdapat predikat, maka satuan itu buka sebuah klausa wajib (Chaer, 2015:150).
Kedudukan predikat ini sangat penting, sebab jenis dan kategori dari predikat itulah yang menentukan hadirnya fungsi subjek (s), fungsi subjek (o), fungsi pelengkap,dan sebagainya. Umpamanya predikat yang berupa verba membaca akan memunculkan sebuah subjek (S) yang berkomponen makna (+manusia) dan sebuah objek (O) yang berkomponen makna (+ bacaan).
-          Pak Lurah        membaca         koran
(+ manusia)      (+ manusia)    
                                    (+ bacaan)       (+bacaan)

Verba membacakan yang memiliki komponen makna (+ manusia) dan (+ pelengkap) akan memunculkan sebuah fungsi S yang berkomponen makna (+ manusia). Sebuah fungsi objek yang berkomponen makna (+ manusia) dan (+ penerima), serta sebuah pelengkap yang berkomponen makan (+ bacaan).
-          Ayah               membacakan               adik                             cerita lucu
S                      P                                  O                                 Pel
(+ manusia)     (+ manusia)                            
-                       (+ pemberi)                  (+ penerima)                -
-                       (+ bacaan)                   -                                   (+bacaan)       

Contoh lain, verba mendarat  yang berkomponen makna (+ manusia) dan (+tempat) akan memunculkan sebuah fungsi S yang berkomponen makna (+manusia) dan sebuah keterangan tempat.

-          Pasukan marinir itu     mendarat         di Pantai Carita
S                                  P                      O
(+ manusia)                 (+ manusia)     -
-                                   (+ tempat)       (+ tempat)

Verba terjadi yang memiliki komponen makna (+ peristiwa), (+ waktu), dan (+ tempat) akan memunculkan sebuah S yang berkomponen makna (+ kejadian), sebuah fungsi Ket. yang berkomponen makna (+ waktu), dan sebuah fungsi Ket. yang bekomponen makna (+tempat).
-          Tabrakan itu    terjadi              tadimalam       di jalan Solo
S                      P                      Ket                  Ket
(+ peristiwa)    (+ kejadian)     -                       -
-                       (+ waktu)        (+ waktu)        -
-                       (+ tempat)       -                       (+ tempat)

Kalau kita bandingkan kontruksi kamar mandi dan nenek mandi, maka dapat dikatakan kontruksi kamar mandi bukanlah sebuah klausa karena hubungan komponen kamar dengan komponen mandi tidaklah bersifat predikatif. Sebaliknya kontruksi nenek mandi adalah sebuah klausa karena hubungan komponen nenek dan komponen mandi bersifat predikatif. Nenek adalah pengisi subjek dan mandi fungsi predikat.
Klausa memiliki fungsi S dan fungsi O, serta fungsi-fungsi lain berpotensi menjadi sebuah kalimat tunggal lengkap abila kepadanya diberikan intonasi final atau intonasi kalimat. Kata dan frase juga mempunyai potensi menjadi kalimat apabila kepadanya diberi intonasi final. Namun, kata dan frase hanyalah bisa menjadi klaimat minor (kalimat tidak lengkap), sedsngkan klausa menjadi sebuah kalimat mayor (kalimat lengkap)
Klausa dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, PEL, dan KET ataupun tidak. Dengan ringkas klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Unsur inti klausa ialah S dan P. Namun demikian. S sering dihilangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai kaibat penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban (Ramlan, 2005:79). Berbeda juga dengan pendapat Chaer (2013:168) klausa merupakan leksem-leksem mempunyai posisi yang agak bebas. leksem-leksem itu dapat ditempatkan pada awal klausa di tengah klausa, atau pada akhir klausa.
Klausa yaitu kata-kata yang menerangkan verba atau ajektiva. Secara struktural kata-kata yang termasuk kelompok ini dapat diikuti oleh kelompok verba, kelompok ajektiva, atau menerangkan keseluruhan/kalimat. Secara semantik dibedakan adanya adverbia kewaktuan, seperti sudah, sedang, dan akan; adverbia keinginan seperti ingin, hendak, dan mau:  adverbiakemungkinan, seperti pasti, mungkin, dan barangkali: adverbia pembatasan, seperti hanya, juga dan saja; adverbia frekuensi, seperti jarang, sering, dan kadang-kadang; dan adverbia kuantitatif seperti banyak, cukup, dan kurang (Chaer, 2007:51).Leksem-leksem pendamping klausa mempunyai posisi yang agak bebas. Leksem-leksem itu dapat awal klausa di tengah klausa, atau pada akhior klausa. Distribusinya ini tentu saja mamberi nuansa makna yang berbeda.

2.3              Jenis Klausa Berdasarkan Potensi Menjadi Klausa Bebas
Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai potensi untuk menjadi kalimat bebas (Chaer, 2015:43).
Contoh:
Dia datang
Klausa bebas

dia pergi juga
klausa bebas

Klausa utuh dan klausa bebas. Klausa utuh. Artinya, fungsi-fungsi sintaksis yang harus dimilikinya adalah lengkap. Lalu, sebagai klausa bebas, maka kalu diberi intonasi final akan menjadi sebuah kalimat bebas, kalimat yang dapat berdiri sendiri, dan tidak terikat dengan kalimat lain.
Dalam praktik berbahasa klausa-klausa itu saling berkaitan dan saling berhubungan satu sama lain, sehingga ada kemungkinan adanya klausa yang unsur-unsurnya tidak lengkap, atau menjadi klausa yang tidak bebas (Chaer, 2015:161).

2.4              Jenis Klausa Berdasarkan Potensi Menjadi Klausa Terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak mempunyai potensi menjadi kalimat bebas. Klausa terikat biasanya diawali dengan konjungsi subordinatif (Chaer, 2015:43).
Contoh
Dia datang                        ketika kami sedang makan
Klausa bebas                     klausa terikat

Meskipun dilarang ayah                dia pergi juga
Klausa terikat                                klausa bebas

Keterangan:
Text Box: Konjungsi subordinatifKetika
meskipun
Subordinatif menghubungkan dua konstituen yang kedudukannya tidak setingkat. Konstituen yang satu merupakan konstituen bebas, sedangkan konsituen yang lain, yang di mukanya diberi leksem penghubung subordinatif ini merupakan konsituen bawahan yang terikat pada konsituen pertama. Posisi kedua konsituen itu dapat dipertukarkan sehingga penghubung subordinatif itu dapat berada pada awal kalimat maupun ditengah kalimat (Chaer, 2013:175).

2.5              Jenis Klausa Berdasarkan Kategori Predikatnya
2.5.1        Klausa Nominal
Kalusa nominal, yakni yang predikatnya berkategori nominal (Chaer, 2015:42).
Contoh: ibunya           kepala SD        di Bekasi
                        S                  p              ket.     
Klausa nominal hanya memiliki fungsi wajib S dan P. Klausa nominal ini disusun dari fungsi S yang berupa kata atau frase berkategori nomina dan P yang berupa kata atau frase berkategori nomina (Chaer, 2015:155).
Chaer (2013:148-166) nominal merupakan kata-kata atau leksem-leksem nominal dalam bahasa Indonesia secara semantik mengandung makna dan oleh karena itu leksem-leksem nominal ini secara struktural akan selalau didahului oleh preposisi di atau pada.
Klausa nominal ialah klausa yang P-nya terdiri dari frase golongan N. Kata golongan N ialah kata-kata yang secara gramatik mempunyai perilaku yang pada tatarannya dapat menduduki fungsi S, P, dan O; dan tataran frase tidak dapat dinegatifkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata bukan, dapat diikuti kata itu sebagai atributnya, dan dapat mengikuti kata depan di atau pada sebagai akisnya (Ramlan, 2005:130).

2.5.2        Klausa Verbal
Klausa verbal, yakni yang predikatnya berkategori verba (Chaer, 2015:42). Lalu karena secara gramatikal dikenal adanya beberapa tipe verba maka dikenal adanya:
- kalusa verba transitif, yakni yang phredikatnya brerupa verba transitif, seperti:
KakakmengerjakanPR
     S            p     o

- klausa verbal intransitif, yakni klausa yang predikatnya berupa verba intransitif, misalnya:
Murid-muridmenyanyi
            S          p

Secara semantik ada tiga buah jenis verba, yaitu verba tindakan, verba kejadian, dan verba keadaan. Dengan demikian kita dapat membedakan tiga klausa verba, yaitu klausa verba tindakan, klausa verba kejadian, dan klausa verba kedaan.
Kemudian klausa verba tidakan bisa dibedkan puka atas klausa verba tidaklah bersasaran tak berpelengkap, klausa tindakan bersasaran berpelengkap, dan klausa tindakan bersasaran (Chaer, 2015:152).
Chaer (2013:154-156) verbal adalah leksem verba dalam bahasa indonesia secara semantik dapat ditandai dengan mengajukan tiga macam pertanyaan terhadap subjek tempat ”verba” menjadi predikat klausanya.
Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau golongan V. Kata golongan V ialah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dan pada tataran frase dapat dinegatifkan dengan kata tidak (Ramlan, 2015:131).

2.5.3        Klausa Adjektival
Klausa ini P-nya terdiri dari kata golongn V yang termasuk golongan kata sifat, atau terdiri dari frase golongan V yang unsur pusatnya berupa kata sifat (Ramlan, 2005:132).
Ajektiva adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan, watak, dan tabiat antara orang, binatang dan benda (sukaesih36.wordpress.com). Sedangkan menurut Chaer (2013:162-168) kategori pendamping ajektiva adalah leksem yang menerangkan keadaan suatu nomina atau menyifati nomina itu. Menurut Chaer yang terdapat pada buku yang lain (2007:50)kata-kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu. Secara struktural kata-kata yang termasuk kelompok ajektiva ini dapat mengikuti kata-kata tidak, sangat, atau sekali.
Klausa adjektival, yakni kaluasa yang predikatnya berkategori ajektiva, misalnya:
Nenekku          masih cantik
                         S                     p
Klausa adjektival memiliki fungsi wajib S dan P.klausa adjektival dapat disusun dari fungsi S berkategori N dan fungsi P yang berkategori A (Chaer, 2005:41-158).
2.5.4        Klausa Numeral
Klausa numeral, yakni klausa yang predikatnya berkategori numeralia (Chaer, 2005:41-160). Misalnya:
Kucingnya      dua ekor
           S                       p
Catatan
Klausa numeral lazim digunakan dalam bahasa ragam nonformal.Kalusa numeral adalah klausa yang berfungsi P nya diisi oleh frase numeral.

Contoh:
            Luas kebunnya                        seribu permiter
                        S                                              P

                        Sama dengan klausa preposisional, klausa nominal juga lazim digunakan ragam bahasa lisan dan bahasa ragam nonformal. Dalam ragam pormal fungsi P akan diisi oleh sebuah verba; dan frase numina berupa fungsi menjadi keterangan. Simak!

            - luas kebunnya                       adalah              seribu miter
                        S                                  P                      Ket
Klausa bilangan atau klausa numerial ialah kausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan Bil.
Kata bilangan ialah kata-kata yang dapat diikuti oleh kata penyukat, yaitu kata-kata orang, ekor, keping, buah, kodi, danlainnya. Frase bilangan ialah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan, misalnya: beberapa butir, setiap jengkala, beberapa buah, dan lainnya (Ramlan, 2005:137).
2.5.5        Klausa Preposisional
Klausa preposisional, yakni kalusa yang predikatnya berkategori preposisi (Chaer, 2015:43-159). Misalnya:
Ayah   di kantor
                        S          p
Catatan:
Klausa preposisional lazim digunakan dalam bahasa ragam nonformal.
Klausa preposional adalah klausa yang fungsi P nya di isi frase preposional. Cantoh
-          Ayah dan kakek          di kampung
S                                  p

            Klausa preposisional ini lazim digunakan dalam bahasa ragam lisan dan ragam bahasa nonformal. Dalam ragam formal fungsi P akan di isi oleh sebuah verba dan frase preposisinya menjadi fungsi keterangan. Simak!
-          Ayah dan kakek          berada                         di kampung
S                                          P                             Ket
            Klausa depan atau klausa preposisional ialah klausa yang P-nya terdiri dari frase depan, yaitu frase yang diawali oleh kata depan sebagai penanda (Ramlan, 2005:137).


  
BAB III
PENUTUP
3.1  SIMPULAN
Simpulan makalah ini yaitu bahwasannya sintaksis adalah subsitem kebahasaan yang membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata itu kedalam satuan-satuan yang lebih besar, yang disebut satuan sintaksis, yakni kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
Sesuai dengan pembahasan yang akan dibahas masalah sintaksis akan membahas sedikit tentang seluk beluk klausa. Klausa merupakan satuan sintaksis yang berada di atas satuan frase dan di bawah satuan kalimat, berupa runtunan kata-kata berkontruksi predikatif. Artinya di dalam kontruksi yaitu ada kopomponen berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek yang harus ada dalm kontruksi klausa itu, fungsi subjek boleh dikatakan wajib ada, sedangkan yang lain bersifat tidak wajib atau satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, di dalam satuan atau kontruksi itu terdapat sebuah predikat, bila di dalam satuan tidak terdapat predikat, maka satuan itu buka sebuah klausa.


3.2  SARAN
Saran yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca adalah sebagai berikut:
a.     Masyarakat Pembaca
Penelitian ini hendaknya dapat dijadikan salah satu wawasan dalam memahamipeni\ulisan yang baik dan benar. Setidaknya dapat memberikan kekayaan lain untuk menambah khasanah ilmu penulisan kebahasaan.
b.      Guru Bahasa dan Sastra Indonesia
Sehingga guru Bahasa dan Sastra Indonesia bisa mengembangkan penulisan untuk pembelajaran kepada siswa dalam munggunakan penulisan bahasa.
c.       Bagi penelitian lain
Sebagai motiovasi dan referensi dalam penelitian bahasa Indonesia.



0 comments:

Post a Comment